You are currently viewing Perjuangan Hidup Lina Kartika (Cece Bakmi Yang Viral)
Lina Kartika

Perjuangan Hidup Lina Kartika (Cece Bakmi Yang Viral)

Kalau anda penggemar kuliner dan sering menggunakan media sosial seperti IG atau TikTok, anda mungkin tidak asing dengan nama yang satu ini. Namanya Lina Kartika namun di media sosial dia lebih dikenal nama Cece Bakmie. Sebutan tersebut disematkan karena Lina Kartika sendiri memang memiliki bisnis kuliner yang populer, yaitu Bakmi. 

Pada podcast Calvin Hartono kali ini sosok Lina Kartika diundang menjadi bintang tamunya. Pada kesempatan itu, Lina Kartika menceritakan tentang perjalanan hidupnya sebelum ia dikenal dan menjadi yang seperti sekarang ini. 

Lina sendiri menceritakan bahwa pengalaman hidupnya cukup keras dan berliku. Lina besar dari keluarga yang harus berjuang secara finansial. Ketika Lina ada keperluan untuk pergi ke suatu tempat, ia akan menggunakan angkot untuk mencapainya. Keluarganya tidak memiliki kendaraan pribadi untuk transportasi. 

Rumah Lina saat ia kecil juga terbilang sangat sederhana, seperti rumah-rumah standar BTN dengan lantai yang seadanya. Papa Lina dulu bekerja di toko material milik saudara sedangkan sang mama fokus menjadi Ibu rumah tangga. Selain itu, kakak perempuan dari Lina (cici-nya) pada waktu itu juga sering sakit-sakitan. Sehingga kondisi finansial keluarganya waktu itu memang tidak dalam kondisi yang baik. 

Lina kecil masih ingat betul dan merasakan bahwa kondisi finansial keluarganya pada waktu itu sedemikian sulit bahkan untuk beribadah ke Gereja di akhir pekan saja, keluarganya tidak melakukannya. Karena pergi ke Gereja, berarti perlu uang untuk transportasi dan sebagainya. Hal ini tentu membuat keluarganya selalu mengurungkan niat untuk pergi beribadah. Kebutuhan pokok seperti makan-menjadi kebutuhan yang paling menjadi fokus, mengingat keluarga mereka yang sedang berjuang secara finansial. 

Lina di usianya ketika kecil dulu, tentu seperti gadis kecil pada umumnya. Mereka pasti ingin banyak bermain di luar dan sepeda menjadi salah satu barang impian Lina waktu itu. Meskipun Lina tahu bahwa keluarganya tidak akan mudah untuk mendapatkan semua itu. Mamah Lina yang tahu keinginan anak gadisnya, selalu meminta Lina agar rajin mendoakan papanya ketika pergi bekerja. Agar papanya diberikan rezeki yang berlimpah yang bisa digunakan untuk membeli sepeda impian Lina. 

Karena keinginan yang kuat, Lina benar-benar melakukan seperti permintaan sang mama. Lina kecil selalu mendoakan sang papa ketika pergi bekerja. Seperti sebuah keajaiban, sang Papa selalu ada rejeki lebih yang bisa dikumpulkannya. Papa Lina sering mendapatkan project kecil2an yang pada akhirnya bisa ditabung untuk membelikan Lina sepeda impiannya. Lina kecil tau betul bagaimana papanya berjuang keras untuk mengumpulkan semua itu. Terkadang tangan papanya ia lihat sampai lecet2 ketika selesai mengerjakan suatu project. Lina tau papanya melakukan semua itu untuk kebahagiaan anaknya, Lina. 

Selepas SMA karena keterbatasan biaya, Lina tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Selain itu, dalam beberapa waktu ke depan ia juga telah dilamar dan menikah dalam usianya yang terblang muda, 21 tahun. Selama menjadi tahun-tahun awal pernikahan Lina merasa terkungkung karena ia tidak diperbolehkan bekerja dan berkarya di luar rumah. Hal tersebut menjadikan Lina resah, karena sejak kecil ia terbiasa mandiri dan bekerja keras. 

Ketika usianya menginjak 27 tahun, barulah ia memulai kehidupannya yang baru. Masa di mana ingin berkarya di luar rumah, bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Lina memulainya dalam bidang property dimana ia mencoba bekerja sebagai seorang Agent property. Sebagai seseorang yang baru memulai kehidupan bekerja, Lina awalnya tidak banyak tahu. Namun perlahan namun pasti, Lina yang merasakan sangat enjoy dengan kehidupan kerja mulai mempelajari semuanya satu persatu. Hingga kemudian dia sedikit demi sedikit mulai paham banyak hal dalam dunia property. 

Pada suatu ketika, Lina berhasil membukukan penjualan. Hal tersebut berlangsung terus selama beberapa waktu hingga akhirnya Lina memiliki cukup uang dari hasil penjualan property. Lina yang terbiasa hidup hemat kemudian mulai belajar menyisihkan uangnya untuk investasi. Dari hasil penjualan property yang berhasil ia lakukan, Lina kemudian menambungnya dan setelah cukup banyak ia membeli property untuk tujuan investasi. 

Suatu ketika, Lina berfikir bahwa ia ingin memiliki kehidupan yang lebih baik lagi dari yang ia jalani saat itu. Lina selalu memiliki pandangan hidup yang optimis. Ia percaya bahwa ia bisa melakukan hal yang lebih baik lagi ke depannya. Kemudian, timbul keinginannya untuk membangun bisnisnya sendiri. Dari sekian banyak pertimbangan, pilihan bisnisnya jatuh pada bidang kuliner. 

Ia akhirnya membuka outlet bakmi pertamanya. Seperti semua bisnis di masa awalnya, Lina juga merasakan pahitnya bisnis ketika di awal-awal outlet bakminya. Penjualan sepi. Tidak banyak pelanggan yang datang ke outlet bakminya. Hingga suatu ketika, Lina hanya iseng mengupdate status media sosialnya berupa foto pada waktu ia memasak bakmi di outletnya. Lina, yang sejak muda terbiasa berpenampilan rapih dan menarik, rupanya menjadi suatu hal yang unik. 

Seorang wanita cantik, dengan penampilan yang rapih dan menarik, berada di dapur memasak bakmi untuk pelanggannya. Jelas, pemandangan itu bukan pemandangan yang biasa. Pemandangan itu unik. Keunikan inilah yang akhirnya menjadi perbincangan di media sosial. Tidak jelas siapa orang yang pertama kali membagikan foto dirinya ketika sedang memasak di bakmi di dapur dalam balutan fashion yang menarik. Postingan itu kemudian beredar di suatu group whatsapp. 

Selama beberapa waktu, pembicaraan dari mulut ke mulut mengenai keunikan Lina beredar dari satu  group ke group lain di whatsapp. dan Begitu seterusnya, hingga kemudian dirinya pun menjadi viral di group whatsapp dan sosial media. Contentnya yang terlihat sederhana namun memiliki keunikan tersendiri, menjadikan hal itu sebagai media promosi yang manjur. Bakmi Lina menjadi begitu populer, dan Lina pun mendapat julukan baru sebagai ‘Cece Bakmi”. 

Lina sadar bahwa viralnya ia di media sosial tentu tidak akan terus menerus bertahan. Insting bisnis yang dimilikinya memaksanya untuk terus berfikir bagaimana bisnis kulinernya harus terus berkembang. Kepopulerannya sudah membawa Lina sejauh ini namun Lina menyadari bahwa inti dari bisnis kuliner adalah rasa/kenikmatan kuliner itu sendiri. Produknya berupa Bakmi itulah yang harus ia kembangkan. 

Hari demi hari, Lina terus berfikir melakukan inovasi dalam bisnisnya sehingga produk bakminya dapat diterima oleh sebanyak mungkin orang. Ketika pada suatu waktu ia berbincang dengan konsumennya, ia mendapatkan masukan berharga tentang varian Bakmi. Konsumennya mengatakan bahwa mungkin ide yang bagus untuk membuat beberapa varian Bakmi di outletnya, sehingga nantinya konsumennya menjadi punya banyak pilihan. 

Hal inilah yang kemudian mendorong Lina untuk mencoba bereksperimen dengan berbagai type Bakmi, yang pada akhirnya melahirkan menu-menu Bakmi baru di outletnya. Hal ini menjadi salah satu kekuatan tersendiri dalam pemasarannya. Karena dengan begitu produk Lina menjadi memiliki nilai tambah yang lebih daripada usaha Bakmi sejenis. 

Tidak hanya itu, Lina juga berinovasi untuk menghadirkan menu baru di outletnya, hingga kemudian ia berani untuk tampil berbeda dengan menu Babi Crispy yang menurutnya tidak ada/belum banyak ada di outlet bakmi sejenis. Tidak disangka, respon dari konsumennya begitu positif dan menu itu kemudian menjadi menu yang populer dan menjadi salah satu menu favorit di outletnya. 

Ada banyak tips-tips yang diberikan oleh Lina melalui Podcast ini, diantaranya yaitu tips untuk mereka yang saat ini baru mau /sedang memulai dari awal bisnis kulinernya-untuk selalu berani mengambil keputusan. Selain itu, kontrol langsung atas bisnis juga menjadi prioritas bagi dirinya. Lina yang terbiasa mandiri pada awal memulai bisnis kulinernya melakukan semuanya sendiri. 

Mulai dari Bahan baku mie yang dicarinya sendiri oleh Lina ke pasar-pasar ditemani ibunya. Hal ini untuk memastikan bahwa bahan-bahan yang digunakannya untuk membuat produk Bakmi adalah produk-produk yang memang berkualitas. Lina harus keluar masuk pasar dan melakukan hal ini berulang kali  Proses yang sangat melelahkan, namun ia sadar bahwa proses itu yang harus ia lalui. 

Dari sisi management juga Lina menerapkan hal yang sama. Lina selalu ingin mengetahui apabila ada masalah di dalam outletnya. Komplain pelanggan adalah sesuatu yang harus ia perhatikan betul-betul. Lina sadar bahwa maju mundurnya bisnis kuliner yang ia jalani benar-benar tergantung dari kepuasan pelanggan. 

Lina  selalu menekankan kepada karyawannya agar tidak mengabaikan komplain dari konsumen. Lina memerintahkan agar karyawan di outletnya selalu mengabarkannya apabila ada komplain atau masalah dan hal itu komplain itu harus segera diselesaikannya. Apabila kesalahan memang terjadi karena kesalahan team/outlet, maka Lina akan mengganti pesanan yang sudah dibeli. 

Karyawan di outlet Lina mengetahui kebijakan dari Lina. Oleh karena itu, mereka juga terbuka untuk melaporkan kejadian-kejadian /masalah yang terjadi selama jam operasional outlet Bakmie. Ada beberapa alasan karyawan melakukan hal tersebut. Pertama, Lina selalu memberi arahan kepada mereka bahwa gaji dan fasilitas yang mereka (karyawan) terima selama ini sebetulnya adalah uang yang dibayarkan konsumen. Oleh karena itu sudah selayaknya team outlet melayani pelanggannya dengan baik, agar outlet tersebut dapat terus survive dan berkembang. 

Lina berjanji untuk memberikan insentif bagi karyawannya, apabila pelayanan dari team/karyawannya berjalan dengan baik, maka itu akan berdampak untuk keberlanjutan outletnya. Selain memastikan gaji, Lina juga akan memberikan bonus ekstra untuk karyawannya. 

Alasan lain karyawan Lina selalu memberikan kabar apabila ada kendala di outlet adalah karena mereka menyadari bahwa sang owner saat ini adalah seorang public figure. Figur seorang Lina Kartika sudah dikenal luas oleh masyarakat karena viralnya foto dan video di social media dan group whatsapp. 

Hal ini membuat para pelanggan dengan mudah menghubungi Lina apabila ada komplain yang tidak tertangani dan membuat mereka kecewa. Tentu saja, masalah akan bertambah runyam jika hal tersebut terjadi. Untuk itu karyawan Lina memilih untuk langsung melaporkan apabila ada kendala selama jam buka outlet ke Lina, agar sang owner menjadi orang yang pertama tahu terlebih dahulu dan memastikan solusi yang baik atas kendala yang terjadi. 

Leave a Reply